Minggu, 22 April 2018

Pengembangan e-learning dalam pembelajaran kimia


Pengembangan e-learning dalam pembelajaran kimia
 

Pengertian e-learning


Pengertian e-learning pada umumnya terfokus pada cakupan media atau teknologinya. E-learning menurut Gilbert & Jones dalam Surjono (2007) adalah suatu pengiriman materi pembelajaran melalui suatu media elektronik, seperti internet, intranet/ekstranet, satelite broadcast, audio/video, TV interaktif, CD-ROM dan computer based training (CBT). E-learning juga diartikan sebagai seluruh pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN atau Internet) untuk membantu interaksi dan penyampaian materi selama proses pembelajaran (Kumar, 2006). Urdan dan Weggen menyatakan e-learning sebagai suatu pengiriman materi melalui semua media elektronik, termasuk internet, intranet, siaran radio satelit, alat perekam audio/video, TV interaktif, dan CD-ROM (Anderson, 2005).

Pengertian e-learning berbeda dengan pembelajaran secara online (online learning) dan pembelajaran jarak jauh (distance learning). Online learning merupakan bagian dari e-learning, hal ini seperti yang dinyatakan oleh Australian National Training Authority bahwa e-learning merupakan suatu konsep yang lebih luas dibandingkan online learning, yaitu meliputi suatu rangkaian aplikasi dan proses-proses yang menggunakan semua media elektronik untuk membuat pelatihan dan pendidikan vokasional menjadi lebih fleksibel. Online learning merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan internet, intranet dan ekstranet, atau pembelajaran yang menggunakan jaringan komputer yang terhubung secara langsung dan luas cakupannya (global). Sedangkan distance learning, cakupannya lebih luas dibandingkan e-learning, yaitu tidak hanya melalui media elektronik tetapi bisa juga menggunakan media non-elektronik. Distance learning lebih menekankan pada ketidakhadiran pendidik setiap waktu. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan secara umum e-learning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang memanfaatkan atau menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. E-learning adalah kegiatan belajar yang menggunakan internet yang dapat dikombinasikan dengan kegiatan tatap muka yang ada di lembaga pendidikan.

Penerapan e-learning banyak variasinya, karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat. Surjono (2007), menekankan penerapan e-learning pada pembelajaran secara online dan dibagi menjadi dua yaitu sederhana dan terpadu. Penerapan e-learning yang sederhana hanya berupa kumpulan bahan pembelajaran yang dimasukkan ke dalam web server dan ditambah dengan forum komunikasi melalui e-mail dan atau mailing list (milist). Penerapan terpadu yaitu berisi berbagai bahan pembelajaran yang dilengkapi dengan multimedia dan dipadukan dengan sistem informasi akademik, evaluasi, komunikasi, diskusi, dan berbagai sarana pendidikan lain, sehingga menjadi portal e-learning. Pembagian tersebut di atas berdasarkan pada pengamatan dari berbagai sistem pembelajaran berbasis web yang ada di internet. Nedelko (2008), menyatakan ada tiga jenis format penerapan e-learning, yaitu:

a.       Web Supported e-learning, yaitu pembelajaran tetap dilakukan secara tatap muka dan didukung dengan penggunaan website yang berisi rangkuman tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, tugas, dan tes singkat
b.      Blended or mixed mode e-learning, yaitu sebagaian proses pembelajaran dilakukan secara tatap muka dan sebagian lagi dilakukan secara online
c.       Fully online e-learning format, yaitu seluruh proses pembelajaran dilakukan secara online termasuk tatap muka antara pendidik dan peserta didik juga dilakukan secara online yaitu dengan menggunakan teleconference.

Nedelko (2008), menjelaskan beberapa karakteristik peserta didik yang dapat mempengaruhi dari keberhasilan e-learning:

1)      Mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan komputer dan TIK lainnya, karena e-learning didukung oleh penggunaan komputer dan peralatan TIK.
2)      Motivasi untuk belajar, peserta didik harus mempunyai kesadaran untuk mempelajari bahan dan materi yang telah diberikan guru, bukan hanya belajar ketika di kelas saja.
3)      Disiplin, peserta didik harus disiplin untuk belajar, mengerjakan tugas, dan menentukan waktu dan tempat untuk belajar.
4)      Mandiri, kemandirian peserta didik mutlak diperlukan di dalam e-learning, karena tidak setiap saat antara peserta didik dan pendidik dapat bertatap muka. Pembelajaran tatap muka lebih bersifat sebagai diskusi antara peserta didik dengan pendidik, bukan sebagai transfer pengetahuan saja.
5)      Mempunyai ketertarikan terhadap e-literatur, karena hampir semua materi pembelajaran disajikan secara online ataupun melalui media elektronik.

Fungsi dan Tujuan e-Learning
1.      Fungsi e-Learning
e-Learning sebagai suatu model pembelajaran yang baru memiliki beberapa fungsi terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction). Siahaan dalam Kamil (2010), memaparkan fungsi e-Learning tersebut sebagai berikut:
a.    Suplemen; Dikatakan berfungsi sebagai suplemen atau tambahan apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak.
b.    Komplemen; Dikatakan berfungsi sebagai komplemen atau pelengkap apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas (Lewis: 2002).
c.    Substitusi; Beberapa perguruan tinggi di negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para mahasiswanya. Tujuannya agar para mahasiswa dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari mahasiswa.

2.      Tujuan e-Learning
Tujuan e-Learning adalah untuk meningkatkan daya serap dari para pembelajar atas materi yang diajarkan, meningkatkan partisipasi aktif dari para pembelajar, meningkatkan kemampuan belajar mandiri, dan meningkatkan kualitas materi pembelajaran. Diharapkan dapat merangsang pertumbuhan inovasi baru para pembelajar sesuai dengan bidangnya masing-masing. e-Learning merupakan alternatif pembelajaran yang relatif baru untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dengan menggunakan berbagai fasilitas teknologi informasi, seperti teknologi komputer baik hardware maupun software, teknologi jaringan seperti local area network dan wide area network, dan teknologi telekomunikasi seperti radio, telepon, dan satelit. Salah satu bagian dari kegiatan e-Learning yang menggunakan fasilitas internet adalah distance learning, merupakan suatu proses pembelajaran, dimana pengajar dan pembelajar tidak ada dalam satu ruangan kelas secara langsung pada waktu tertentu; artinya kegiatan proses belajar mengajar dilakukan dari jarak jauh atau tidak dalam satu ruangan kelas. 

Model-Model e-Learning
     Berdasarkan definisi dari ASTD, e-Learning bisa dibagi ke dalam empat model, yaitu:
1.    Web-Based Learning (Pembelajaran Berbasis Web)
     Pembelajaran berbasis web merupakan “sistem pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan antarmuka web” (Munir 2009:231). Dalam pembelajaran berbasis web, peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran secara online melalui sebuah situs web. Merekapun bisa saling berkomunikasi dengan rekan-rekan atau pengajar melalui fasilitas yang disediakan oleh situs web tersebut.
2.    Computer-Based Learning (Pembelajaran Berbasis Komputer)
     Secara sederhana, pembelajaran berbasis komputer bisa didefinisikan sebagai kegiatan pembelajaran mandiri yang bisa dilakukan oleh peserta didik dengan menggunakan sebuah sistem komputer. Rusman (2009: 49) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis komputer merupakan “... program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan software komputer yang berisi tentang judul, tujuan, materi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.”
3.    Virtual Education (Pendidikan Virtual)
     Berdasarkan definisi dari Kurbel (2001), istilah pendidikan virtual merujuk kepada suatu kegiatan pembelajaran yang terjadi di sebuah lingkungan belajar di mana pengajar dan peserta didik terpisah oleh jarak dan/atau waktu. Pihak pengajar menyediakan materi-materi pembelajaran melalui penggunaan beberapa metode seperti aplikasi LMS, bahan-bahan multimedia, pemanfaatan internet, atau konferensi video. Peserta didik menerima mater-materi pembelajaran tersebut dan berkomunikasi dengan pengajarnya dengan memanfaatkan teknologi yang sama.
4.    Digital Collaboration (Kolaborasi Digital)
     Kolaborasi digital adalah suatu kegiatan di mana para peserta didik yang berasal dari kelompok yang berbeda (kelas, sekolah atau bahkan negara bekerja) bersama-sama dalam sebuah proyek/tugas, sambil berbagi ide dan informasi dengan seoptimal mungkin memanfaatkan teknologi internet.

    Kelebihan & Kekurangan e-Learning
     e-Learning memiliki kelebihan tersendiri bila dipandang sebagai sebuah alternatif untuk model pembelajaran konvensional. Lebih lanjut, Riyana (2007: 22) menyebutkan kelebihan-kelebihan tersebut sebagai berikut:
1.    Interactivity (Interaktifitas); tersedianya jalur komunikasi yang lebih banyak, baik secara langsung (synchronous), seperti chatting atau messenger atau tidak langsung (asynchronous), seperti forum, mailing list atau buku tamu.
2.    2. Independency (Kemandirian); fleksibilitas dalam aspek penyediaan waktu, tempat, pengajar dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi lebih terpusat kepada siswa (student-centered learning).
3.     Accessibility (Aksesibilitas); sumber-sumber belajar menjadi lebih mudah diakses melalui pendistribusian di jaringan Internet dengan akses yang lebih luas daripada pendistribusian sumber belajar pada pembelajaran konvensional.
4.    Enrichment (Pengayaan); kegiatan pembelajaran, presentasi materi kuliah dan materi pelatihan sebagai pengayaan, memungkinkan penggunaan perangkat teknologi informasi seperti video streaming, simulasi dan animasi.  
Adapun kekurangan e-Learning, diantaranya:
1.         Untuk sekolah tertentu terutama yang berada di daerah, akan memerlukan investasi yang mahal untuk membangun e-Learning ini.
2.          Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
3.         Keterbatasan jumlah komputer yang dimiliki oleh sekolah akan menghambat pelaksanaan e-Learning.
4.         Bagi orang yang gagap teknologi, sistem ini sulit untuk diterapkan.
5.         Materi tidak sesuai dengan umur pebelajar.
6.         Pemanfaatan hak cipta untuk tugas-tugas sekolah.
7.         Perkembangan yang tidak terprediksikan.
8.         Pengaksesan yang memerlukan sarana tambahan.
9.         Kecepatan mengakses yang tidak stabil.
10.     Kurangnya pengontrolan kualitas. 

Pengembangan 

Pengembangan bahan ajar berbasis e-learning dengan materi hidrokarbon dan minyak bumi ini didasarkan pada model pengembangan yang direkomendasikan oleh Thiagarajan (1974), yakni 4D-Model yang terdiri dari pembatasan (define), perencanaan (design), pengembangan (develop), dan penyebarluasan (disseminate).

1.      Tahap pendefinisian (define)

Tahap pendefinisian (define) adalah untuk menentukan dan menegaskan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: (1) analisis ujung depan yang mengarah pada hasil akhir dari pengembangan yakni berupa bahan ajar berbasis e-learning, (2) analisis siswa, langkah ini menetapkan subyek pebelajar dan sasaran belajar siswa yaitu siswa kelas X semester 2 dengan materi pokok senyawa hidrokarbon dan minyak bumi dengan karakter siswa yang telah mengenal internet, dan (3) perumusan indikator hasil belajar yang dirumuskan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Analisis siswa dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) analisis tugas dengan mencari literature dan sumber belajar tentang hidrokarbon dan minyak bumi dan (2) analisis konsep yang dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan dipelajari.

2.      Tahap perencanaan (design)

Tahap perencanaan (design) meliputi tiga langkah yaitu: (1) penyusunan tes dengan membuat soal yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman materi dan keberhasilan siswa dalam memahami materi dalam bahan ajar, (2) pemilihan media untuk mendapatkan media yang tepat sesuai dengan perkembangan era teknologi yang sedang berlangsung, yaitu media internet, dan (3) perancangan awal yang meliputi membaca buku teks yang relevan, menulis bahan ajar, adaptasi bahan ajar, konsultasi secara intensif dengan dosen pembimbing.

3.      Tahap pengembangan (develop)

Pada tahap pengembangan (develop) langkah- langkah yang dilakukan adalah:
(1) konsultasi dengan pembimbing yang bertujuan untuk merancang dan menyusun media dan instrumen yang akan dipakai dalam penelitian,
(2) validasi yang merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data tentang nilai yang diperoleh dari validator,
(3) analisis hasil validasi, hasil validasi dianalisis sesuai dengan penilaian, saran, dan kritik dari validator,
(4) revisi bahan ajar berbasis e-learning yang bertujuan untuk menyempurnakan bahan ajar yang akan digunakan, dan
(5) uji coba terbatas, tujuan uji coba ini hanya untuk mengetahui kelayakan dari produk pengembangan yakni bahan ajar berbasis e-learning.

4.      Tahap penyebarluasan (disseminate)

Tahap keempat yaitu penyebarluasan (disseminate) merupakan tahap penggunaan bahan ajar yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tahap ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan bahan ajar berbasis e-learning hasil pengembangan. Dalam pengembangan ini, tahap penyebarluasan (disseminate) tidak dilakukan karena pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Selain itu, disesuaikan dengan tujuan pengembangan bahan ajar berbasis e-learning yakni untuk mengetahui kelayakan bahan ajar bukan untuk mengukur prestasi belajar siswa. 

permasalahan : 


1.       menurut anda apakah pembelajaran e-learning ini selalu memiliki dampak yang baik? jika tidak berarti ada dampak negatifnya bukan, coba berikan apa dampak negatifnya ?
2.       e-learning bersifat individual sehingga siswa yang aktif dan cepat menyerap materi pelatihan akan bisa maju dengan lebih cepat.lalu bagaimana dengan siswa yang tidak aktif? Dan bagaimana cara mengatasi hal tersebut?
3.       menurut anda apakah pembelajran e-learning sudah efektif digunakan saat ini?

12 komentar:

  1. Saya akan menjawab permasalahan nomor 1. Dimana beberapa dampak negatif dari e-learning adalah:
    1. silaturahmi atau hubungan tatap muka antar mahasiswa dengan mahasiswa atau dosen dengan mahasiwa jadi semakin jarang.
    contohnya : komunikasi antar mahasiswa tidak berjalan baik karena tidak saling menggenal
    2. penilain yang dihasilkan akan bersifat tidak objektive
    contohnya : mahasiswa yang memiliki koneksi internet bagus akan lebih bisa mencari jawaban yang paling sesuai jika ada kuis atau tugas karena, mahasiswa dapat melihat dari sumber mana saja.
    3. dalam beberapa kasus mahasiswa tidak dapat menjawab atau menyeselaikan permasalan dalam forum sehingga kurang efisien.
    contoh : ketika mahasiswa sedang ada diluar kota yang susah sinyal.
    4. tidak dapat diukur secara real kemampuan mahasiswa yang sesungguhnya.
    contoh : mahasiwa a memiliki fasilitas yang bagus untuk internet sehingga menunjang elearning, sedangkan mahasiswa b tidak, jadi menjawab atau mencari data seadanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. disini saya kan menambahkan jawaban dari saudari nida, dimana dampak negatif dari penggunaan e-elektornik ini bisa saja timbul dari infrastruktur internet masih terbatas dan mahal. Keterbatasan dana, dan budaya baca kita masih lemah. Di sinilah tantangan bagaimana mengembangkan model pembelajaran melalui e-learning. yang mana Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan bidang internet dan kurangnya penguasaan bahasa komputer, sehingga pembelajaran melalui E-learning pun terhambat dan juga Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung gagal

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. saya ingin menanggapi pertanyaan saudari nomor 3 dimana pertanyaan apakah pembelajran e-learning sudah efektif digunakan saat ini? jawabannya adalah belum. mengapa? menurut saya tidak semua lokasi pembelajaran baik itu sekolah atau kampus di desa ataupun kota masih terkendala dengan layanan sinyal internet. selain itu, media pendukung lainnya seperti komputer atau laptop tidak semua individu memiliki serta jikalau diadakan pembelajaran e-learning dalam proses belajar-mengajar, masih belum efektif karena ada beberapa materi yang kurang atau bahkan tidak cocok dipaksanakan menggunakan media tersebut sehingga hal tersebut menjadikan pembelajaran menjadi tidak efektif dan efisien

    BalasHapus
  4. saya akan menjawab permasalahan nomor 1 :
    Dampak negatif penggunaan e-learning
    a. Dalam bidang pendidikan
    • Bisa terjadi manipulasi atau kecurangan yang dilakukan oleh siswa
    • Kurangnya pendidikan etika dan nilai moral
    • Terlalu bebas mengakses internet sehingga bisa mengganggu kegiatan belajar
    b. Dalam bidang globalisasi
    • mendorong munculnya kejahatan jenis baru
    • mempermudah masuknya nilai-nilai budaya asing yang negative
    • mempermudah penyebaran karya-karya pornografi
    • mendorong tindakan konsumtif dalam masyarakat

    BalasHapus
  5. Saya mau menanggapi permasalah no3.
    Menurut saya sudah efektif, apalagi di terapakan pada perguruan tinggi ini akan sangat membantu mahasiswa untuk lebih belajar mandiri dan serba aktif. Kita dapat melihat secara umum wilayah indonesia sudah memiliki jaringan dan elektronik yang cukup memadai. Dan e-learning ini memiliki keunggulan yaitu: 1) Tidak membutuhkan tempat belajar yang kaku.
    2) Peserta didik dapat belajar kapan saja, sehingga tidak dibatasi oleh waktu.
    3) Peserta didik yang belajar senantiasa dipantau oleh tutor.
    4) Peserta didik mendapatkan materi sesuai dengan kemajuan belajarnya. 5)Peserta didik dapat segera memperoleh hasil penilaian dari proses belajar yang telah dilakukannya.

    BalasHapus
  6. Saya ingin mencoba menjawab pertanyaan nomor satu yaitu dampak negatif dari E-Learning antara lain :
    1. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya volues dalam proses belajar dan mengajar.
    2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek social dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis.
    3. Proses belajar dan mengajamya cenderung ke arah pelatihan bukan pendidikan yang lebih menekankan pada aspek pengetahuan atau psikomotor dan aspek afektif.
    4. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut menguasai teknik pembelajaran yang menggunakan internet.
    5. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung gagal
    6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun
    komputer).
    7. Keterbatasan ketersediaan softwere (perangkat lunak) yang biayanya masih relatif mahal.
    8. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan bidang internet dan kurangnya penguasaan bahasa computer.

    BalasHapus
  7. saya ingin menanggapi permasalahan no.3, mengenai apakah e-learning sdh efektif dugunakan saat ini? jawabannya... sdh. Asalkan telah memenuhi kriteria/syarat2 dlm kegiatan belajar elektronik (e-Learning), yaitu :adanya jaringan internet, tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik, misalnya cd-room, atau bahan cetak, dan tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta didik apabila mengalami kesulitan. Namun untk daerah pedalaman menurut saya blm efektif, karena masih banyak berbagaimacam keterbatasan.

    BalasHapus
  8. Baiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 3.
    Menurut saya, pembelajaran menggunakan e-learning sudah efektif karena :
    1. Lebih mudah diserap, artinya menggunakan fasilitas multimedia berupa gambar, teks, animasi, suara, video.
    2. Jauh lebih efektif dalam biaya, artinya tidak perlu instruktur, tidak perlu minimum audiensi, bisa dimana saja, bisa kapan saja, murah untuk diperbanyak.
    3. Jauh lebih ringkas, artinya tidak banyak formalitas kelas, langsung pada pokok bahasan, mata pelajaran sesuai kebutuhan.
    4. Tersedia 24 jam/hari – 7 hari/minggu, artinya penguaasaan materi tergantung pada semangat dan daya serap siswa, bisa dimonitor, bisa diuji dengan e-test.

    BalasHapus
  9. Baikalah saya akan menambah jawaban dari saudari nida adanya proses elearning ini, antara lain :
    Dampak positif
    1. menambah kemampuan mahasiswa dibidang IT,
    contohnya, mahasiswa semakin mahir dalam mengetik, memahami sistem elearning sendiri.
    2. mahasiswa mendapatkan materi kuliah lebih detail tiap minggunya dalam bentuk softcopy dan menghemat kertas lebih efisien untuk dipelajari.
    contohnya, seperti yang pihak mercubuna terapka untuk semua mahasiswa harus mendownload modul yang telah diberikan oleh dosen, sehingga tidak ada alasan lagi untuk mahasiswa tidak memiliki modul atau mengetahui matakuliah kalau pihak dosen telah mengupload modul.
    3. mahasiswa lebih memiliki ruang untuk bertukar pikiran.
    contohnya. diadakannya forum dalam satu elarning, sehingga adanya transfer knowledge dari setiap mahasiswa ataupun dosen, seperti diketahui jaman era globalisasi ini mahasiswa atau remaja kebanyakan lebih aktif di sosial media dari pada di kehidupan nyata.
    4. membantu mahasiswa belajar mandiri dalam memahami modul matakuliah.
    contohnya. mahasiswa diberikan modul, tugas dan kuis.
    5. menghemat waktu, tenaga dan biaya
    contohnya : tidak perlu datang ke kampus untuk melakukan proses perkuliahan.
    itu diantaranya untuk dampak positif diadakannya elearning, namun selain dampak positif ada juga dampak negatifnya, antara lain

    BalasHapus
  10. Baiklah saya ingin menjawab permasalahan no 3, Pembelajaran E-Learning sudah efektif digunakan saat ini, dimana apabila adanya kerjasama antara pengajar dan siswanya untuk mensukseskannya, tanpa salah satu dari keduanya keberadaan E-Learning tidak akan berjalan secara lancar. Untuk itulah diperlukan komunikasi yang erat antar keduanya. Selain dari itu, efektivitas E-Learning juga didukung oleh keahlian dan kreativitas pengajar dalam meracik materi yang akan disampaikan. Hal ini juga termasuk pada keahlian pengajar dalam mengoperasikan perangkat elektronik.

    BalasHapus
  11. Saya akan menanggapi permasalahan no. 3 menurut saya e-learning sudah cocok digunakan saat ini karena kemajuan teknologi juga semakin pesat, di era ini siswa di tuntut untuk mampu mengoperasikan sebuah komputer, hal ini bisa diatasi dengan pembelajaran menggunakan e-learning ini. Hanya saja tidak semua sekolah bisa menerapkan e-learning karen belum tersedianya jaringan internet di desa tersebut

    BalasHapus