MULTIMEDIA
PEMBELAJARAN PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
sejarah era revolusi industry 4.0
Di
tingkat pengambil keputusan, secara kategorial terdapat beberapa bidang yang
lebih menonjol menjadi pokok pembicaraan dibanding beberapa topik lainnya.
Topik lingkungan dengan isu pemanasan global yang sempat mendominasi pada
dekade 90-an dan awal dekade abad 21 kini tidak menjadi perhatian dunia.
Demikian juga isu kesehatan, khususnya AIDS dan kanker, yang mulai dilupakan
karena kemajuan teknologi kesehatan. Isu baru yang muncul dan menjadi ramai diperbincangkan
adalah bagaimana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengubah wajah
dunia dan persoalan kependudukan seperti pengungsi, kelaparan, dan konflik
horiziontal. Kedua isu ini menjadi pendamping isu politik dan ekonomi yang
senantiasa akan langgeng sepanjang peradaban.
Revolusi Industri 4.0
khususnya
teknologi internet, mendominasi setelah dekade pertama abad ini sempat
memberikan sentimen negatif akibat bubbling perusahaan IT yang mendorong
hancurnya pasar modal dunia pada tahun 2002. Tragedi yang selalu diingat dunia
dan diberi nama dot-com bubble, merupakan buah dari harapan berlebihan
atas peningkatkan teknologi internet dan penggunaannya. Beberapa perusahaan
yang bergerak di bidang internet seperti WorldCom, AOL, eToys.com, Webvan, Pseudo.com,
Tiscali, theGlobe.com,
dan lain-lain, jatuh ke jurang kebangkrutan. Perusahaan-perusahaan tersebut
adalah pelopor di dunia digital seperti perdangangan vitual (e-commerce),
portal berita, sosial media, maupun jasa provider yang kita kenal kini dengan
perusahaan raksasa seperti amazon, facebook, youtube, google, spotify, dan
lain-lain.
Peristiwa
dot-com bubble seperti mengulang peristiwa pembangunan kabel
trans-atlantik yang disponsori oleh Cyrus West Field pada era 1860-an.
Dari perspektif kapitalisme, baik dot-com bubble maupun Cyrus West
Field, menjadi korban sendiri dari keinginan untuk menikmati untung
sebesar-besarnya pada pasar baru (new market). Pada era 1800-an, London dan New
York adalah jantung kapitalisme dunia, namun belum tersambung melalui telegraf.
Menghubungkan kedua kota tersebut akan meningkatkan perdagangan dan berakhir
dengan keuntungan berlipat ganda.
Proyeksi
pada keuntungan yang besar membuat lupa bahwa teknologi belum siap untuk
mendukung ide tersebut. Bila, Cyrus West Field bangkrut dan meninggal dalam
kemiskinan karena teknologi kabel yang digunakan untuk menyambungkan daratan
Amerika (New Foundland) hingga Irlandia Utara tidak mampu mengatasi ekstrimnya
Samudera Atlantik dan tingkat kepanasan akibat transmisi gelombang yang
disalurkan melalui kabel. Maka, di 2002, perusahaan dot.com gagal memenuhi janjinya memberikan
keuntungan kepada para pemegang saham seperti yang digembar-gemborkan dalam
proyeksi karena jumlah pelanggan internet, jumlah transaksi melalui internet
(e-commerce), maupun pengguna harian internet tidak seperti yang diharapkan.
Hal tersebut, juga disebabkan teknologi yang masih mahal, belum bersifat
jinjing (portabel), maupun kecepatan yang terbatas, sehingga membatasi
kapasitas ekonominya.
Pengembangan Iptek
dan Pendidikan Tinggi di Era Revolusi Industri 4.0
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah mengubah dunia sebagaimana revolusi generasi pertama melahirkan
sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Salah
satunya adalah kemunculan mesin uap pada abad ke-18. Revolusi ini dicatat oleh
sejarah berhasil mengerek naik perekonomian secara dramatis di mana selama dua
abad setelah Revolusi Industri terjadi peningkatan rata-rata pendapatan
perkapita Negara-negara di dunia menjadi enam kali lipat.
Berikutnya, pada revolusi industri
generasi kedua ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor
pembakaran dalam (combustion chamber). Penemuan ini memicu
kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dll yang mengubah wajah
dunia secara signifikan. Kemudian, revolusi industri generasi ketiga ditandai
dengan kemunculan teknologi digital dan internet.
Selanjutnya, pada revolusi
industri generasi keempat, seperti yang telah disampaikan pada pembukaan
tulisan ini, telah menemukan pola baru ketika disruptif teknologi (disruptive
technology) hadir begitu cepat dan mengancam keberadaan
perusahaan-perusahaan incumbent. Sejarah telah mencatat bahwa revolusi
industri telah banyak menelan korban dengan matinya perusahaan-perusahaan
raksasa.
Lebih dari itu, pada era
industri generasi keempat ini, ukuran besar perusahaan tidak menjadi jaminan,
namun kelincahan perusahaan menjadi kunci keberhasilan meraih prestasi dengan
cepat. Hal ini ditunjukkan oleh Uber yang mengancam pemain-pemain besar pada
industri transportasi di seluruh dunia atau Airbnb yang mengancam pemain-pemain
utama di industri jasa pariwisata. Ini membuktikan bahwa yang cepat dapat
memangsa yang lambat dan bukan yang besar memangsa yang kecil.
Perubahan
dunia kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi industri
dunia keempat dimana teknologi informasi telah menjadi basis dalam kehidupan
manusia. Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan daya
komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh
perkembangan internet dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung
pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. Era ini juga akan mendisrupsi
berbagai aktivitas manusia, termasuk di dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) serta pendidikan tinggi.
Menteri
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir
mengatakan bahwa tantangan revolusi industri 4.0 harus direspon secara cepat
dan tepat oleh seluruh pemangku kepentingan di lingkungan Kementerian, Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) agar mampu meningkatkan daya
saing bangsa Indonesia di tengah persaingan global. Hal ini diungkapkan Menteri
Nasir dalam pembukaan acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) 2018 yang digelar di Kampus
Universitas Sumatera Utara (USU), Medan(17/1).
Menristekdikti
di awal sambutannya mengatakan bahwa pelaksanaan Rakernas 2018 terasa istimewa
karena 3 Menteri Kabinet Kerja turut menghadiri acara pembukaan yakni Menteri
Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimujono. Menristekdikti
mengatakan pada Rakernas 2018 yang mengangkat tema “Ristek Dikti di Era
Revolusi Industri 4.0” akan dibahas langkah-langkah strategis yang perlu
dipersiapkan Kemenristekdikti dalam mengantisipasi perubahan dunia yang kini
telah dikuasai perangkat digital.
Menristekdikti
menjelaskan ada lima elemen penting yang harus menjadi perhatian dan akan
dilaksanakan oleh Kemenristekdikti untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya
saing bangsa di era Revolusi Industri 4.0, yaitu:
1. Persiapan sistem pembelajaran yang lebih inovatif di
perguruan tinggi seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran, dan meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam hal data Information Technology (IT), Operational
Technology (OT), Internet of Things (IoT), dan Big Data Analitic,
mengintegrasikan objek fisik, digital dan manusia untuk menghasilkan lulusan
perguruan tinggi yang kompetitif dan terampil terutama dalam aspek data
literacy, technological literacy and human literacy.
2. Rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang
adaptif dan responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan
transdisiplin ilmu dan program studi yang dibutuhkan. Selain itu, mulai
diupayakannya program Cyber University, seperti sistem perkuliahan distance
learning, sehingga mengurangi intensitas pertemuan dosen dan mahasiswa. Cyber
University ini nantinya diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di pelosok
daerah untuk menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas.
3. Persiapan sumber daya manusia khususnya dosen dan
peneliti serta perekayasa yang responsive, adaptif dan handal untuk menghadapi
revolusi industri 4.0. Selain itu, peremajaan sarana prasarana dan pembangunan
infrastruktur pendidikan, riset, dan inovasi juga perlu dilakukan untuk
menopang kualitas pendidikan, riset, dan inovasi.
4. Terobosan dalam riset dan pengembangan yang mendukung
Revolusi Industri 4.0 dan ekosistem riset dan pengembangan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas riset dan pengembangan di Perguruan Tinggi, Lembaga
Litbang, LPNK, Industri, dan Masyarakat.
5. Terobosan inovasi dan perkuatan sistem inovasi untuk
meningkatkan produktivitas industri dan meningkatkan perusahaan pemula berbasis
teknologi. Agar dapat mencapai hasil yang diharapkan, Rakernas kali ini
menghadirkan pembicara yang akan membagikan pandangan,keahlian maupun
pengalaman terkait pengembangan iptek dan pendidikan tinggi di era revolusi
industri 4.0.
permasalahan
:
1.
bagaimana menyikapi era revolusi di
zaman sekarang ?
2.
apa dampak yang ditimbulkan dari era
revolusi industry 4.0 ?
3.
revolusi merupakan Terobosan inovasi dan perkuatan
sistem inovasi untuk meningkatkan produktivitas industri dan meningkatkan
perusahaan pemula berbasis teknologi. seperti pembuatan robot yang membantu
melakukan segala aktivitas manusia. apa tanggapan anda mengenai hal itu ?