Minggu, 06 Mei 2018

MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0


MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI  4.0


sejarah era revolusi industry 4.0
Di tingkat pengambil keputusan, secara kategorial terdapat beberapa bidang yang lebih menonjol menjadi pokok pembicaraan dibanding beberapa topik lainnya. Topik lingkungan dengan isu pemanasan global yang sempat mendominasi pada dekade 90-an dan awal dekade abad 21 kini tidak menjadi perhatian dunia. Demikian juga isu kesehatan, khususnya AIDS dan kanker, yang mulai dilupakan karena kemajuan teknologi kesehatan. Isu baru yang muncul dan menjadi ramai diperbincangkan adalah bagaimana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengubah wajah dunia dan persoalan kependudukan seperti pengungsi, kelaparan, dan konflik horiziontal. Kedua isu ini menjadi pendamping isu politik dan ekonomi yang senantiasa akan langgeng sepanjang peradaban.

Revolusi Industri 4.0
khususnya teknologi internet, mendominasi setelah dekade pertama abad ini sempat memberikan sentimen negatif akibat bubbling perusahaan IT yang mendorong hancurnya pasar modal dunia pada tahun 2002. Tragedi yang selalu diingat dunia dan diberi nama dot-com bubble, merupakan buah dari harapan berlebihan atas peningkatkan teknologi internet dan penggunaannya. Beberapa perusahaan yang bergerak di bidang internet seperti WorldCom, AOL, eToys.com, Webvan, Pseudo.com, Tiscali, theGlobe.com, dan lain-lain, jatuh ke jurang kebangkrutan. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah pelopor di dunia digital seperti perdangangan vitual (e-commerce), portal berita, sosial media, maupun jasa provider yang kita kenal kini dengan perusahaan raksasa seperti amazon, facebook, youtube, google, spotify, dan lain-lain.
Peristiwa dot-com bubble  seperti mengulang peristiwa pembangunan kabel trans-atlantik yang disponsori oleh Cyrus West Field pada era 1860-an. Dari perspektif kapitalisme, baik dot-com bubble maupun Cyrus West Field, menjadi korban sendiri dari keinginan untuk menikmati untung sebesar-besarnya pada pasar baru (new market). Pada era 1800-an, London dan New York adalah jantung kapitalisme dunia, namun belum tersambung melalui telegraf. Menghubungkan kedua kota tersebut akan meningkatkan perdagangan dan berakhir dengan keuntungan berlipat ganda.
Proyeksi pada keuntungan yang besar membuat lupa bahwa teknologi belum siap untuk mendukung ide tersebut. Bila, Cyrus West Field bangkrut dan meninggal dalam kemiskinan karena teknologi kabel yang digunakan untuk menyambungkan daratan Amerika (New Foundland) hingga Irlandia Utara tidak mampu mengatasi ekstrimnya Samudera Atlantik dan tingkat kepanasan akibat transmisi gelombang yang disalurkan melalui kabel. Maka, di 2002, perusahaan dot.com gagal memenuhi janjinya memberikan keuntungan kepada para pemegang saham seperti yang digembar-gemborkan dalam proyeksi karena jumlah pelanggan internet, jumlah transaksi melalui internet (e-commerce), maupun pengguna harian internet tidak seperti yang diharapkan. Hal tersebut, juga disebabkan teknologi yang masih mahal, belum bersifat jinjing (portabel), maupun kecepatan yang terbatas, sehingga membatasi kapasitas ekonominya.

Pengembangan Iptek dan Pendidikan Tinggi di Era Revolusi Industri 4.0
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia sebagaimana revolusi generasi pertama melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Salah satunya adalah kemunculan mesin uap pada abad ke-18. Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil mengerek naik perekonomian secara dramatis di mana selama dua abad setelah Revolusi Industri terjadi peningkatan rata-rata pendapatan perkapita Negara-negara di dunia menjadi enam kali lipat.
Berikutnya, pada revolusi industri generasi kedua ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustion chamber). Penemuan ini memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dll yang mengubah wajah dunia secara signifikan. Kemudian, revolusi industri generasi ketiga ditandai dengan kemunculan teknologi digital dan internet.
 Selanjutnya, pada revolusi industri generasi keempat, seperti yang telah disampaikan pada pembukaan tulisan ini, telah menemukan pola baru ketika disruptif teknologi (disruptive technology) hadir begitu cepat dan mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan incumbent. Sejarah telah mencatat bahwa revolusi industri telah banyak menelan korban dengan matinya perusahaan-perusahaan raksasa.
 Lebih dari itu, pada era industri generasi keempat ini, ukuran besar perusahaan tidak menjadi jaminan, namun kelincahan perusahaan menjadi kunci keberhasilan meraih prestasi dengan cepat. Hal ini ditunjukkan oleh Uber yang mengancam pemain-pemain besar pada industri transportasi di seluruh dunia atau Airbnb yang mengancam pemain-pemain utama di industri jasa pariwisata. Ini membuktikan bahwa yang cepat dapat memangsa yang lambat dan bukan yang besar memangsa yang kecil.
Perubahan dunia kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi industri dunia keempat dimana teknologi informasi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan daya komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh perkembangan internet dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. Era ini juga akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia, termasuk di dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta pendidikan tinggi.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan bahwa tantangan revolusi industri 4.0 harus direspon secara cepat dan tepat oleh seluruh pemangku kepentingan di lingkungan Kementerian, Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) agar mampu meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di tengah persaingan global. Hal ini diungkapkan Menteri Nasir dalam pembukaan acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) 2018 yang digelar di Kampus Universitas Sumatera Utara (USU), Medan(17/1).
Menristekdikti di awal sambutannya mengatakan bahwa pelaksanaan Rakernas 2018 terasa istimewa karena 3 Menteri Kabinet Kerja turut menghadiri acara pembukaan yakni Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimujono. Menristekdikti mengatakan pada Rakernas 2018 yang mengangkat tema “Ristek Dikti di Era Revolusi Industri 4.0” akan dibahas langkah-langkah strategis yang perlu dipersiapkan Kemenristekdikti dalam mengantisipasi perubahan dunia yang kini telah dikuasai perangkat digital.
Menristekdikti menjelaskan ada lima elemen penting yang harus menjadi perhatian dan akan dilaksanakan oleh Kemenristekdikti untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa di era Revolusi Industri 4.0, yaitu:
1. Persiapan sistem pembelajaran yang lebih inovatif di perguruan tinggi seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal data Information Technology (IT), Operational Technology (OT), Internet of Things (IoT), dan Big Data Analitic, mengintegrasikan objek fisik, digital dan manusia untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang kompetitif dan terampil terutama dalam aspek data literacy, technological literacy and human literacy.
2. Rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin ilmu dan program studi yang dibutuhkan. Selain itu, mulai diupayakannya program Cyber University, seperti sistem perkuliahan distance learning, sehingga mengurangi intensitas pertemuan dosen dan mahasiswa. Cyber University ini nantinya diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di pelosok daerah untuk menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas.
3. Persiapan sumber daya manusia khususnya dosen dan peneliti serta perekayasa yang responsive, adaptif dan handal untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Selain itu, peremajaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan, riset, dan inovasi juga perlu dilakukan untuk menopang kualitas pendidikan, riset, dan inovasi.
4. Terobosan dalam riset dan pengembangan yang mendukung Revolusi Industri 4.0 dan ekosistem riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas riset dan pengembangan di Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang, LPNK, Industri, dan Masyarakat.
5. Terobosan inovasi dan perkuatan sistem inovasi untuk meningkatkan produktivitas industri dan meningkatkan perusahaan pemula berbasis teknologi. Agar dapat mencapai hasil yang diharapkan, Rakernas kali ini menghadirkan pembicara yang akan membagikan pandangan,keahlian maupun pengalaman terkait pengembangan iptek dan pendidikan tinggi di era revolusi industri 4.0.
permasalahan :
1.      bagaimana menyikapi era revolusi di zaman sekarang ?
2.      apa dampak yang ditimbulkan dari era revolusi industry 4.0 ?
3.      revolusi merupakan Terobosan inovasi dan perkuatan sistem inovasi untuk meningkatkan produktivitas industri dan meningkatkan perusahaan pemula berbasis teknologi. seperti pembuatan robot yang membantu melakukan segala aktivitas manusia. apa tanggapan anda mengenai hal itu ?

 

Sabtu, 05 Mei 2018

Presentasi E-Learning Kimia Hasil Pengembangan


Presentasi E-Learning Kimia Hasil Pengembangan



pengertian e learning
E-learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Berikut beberapa pengertian E-learning dari berbagai sumber:
  1. Pembelajaran yang disusun dengan tujuan menggunakan sistem elektronik atau komputer sehingga mampu mendukung proses pembelajaran (Michael, 2013:27).
  2. Proses pembelajaran jarak jauh dengan menggabungkan prinsip-prinsip dalam proses pembelajaran dengan teknologi (Chandrawati, 2010).
  3. Sistem pembelajaran yang digunakan sebagai sarana untuk proses belajar mengajar yang dilaksanakan tanpa harus bertatap muka secara langsung antara guru dengan siswa (Ardiansyah, 2013).
Karakteristik E-learning
Menurut Rosenberg (2001) karakteristik E-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi.
Karakteristik E-learning menurut Nursalam (2008:135) adalah:
  1. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik.
  2. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan komputer networks)
  3. Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (self learning materials) kemudian disimpan di komputer, sehingga dapat diakses oleh doesen dan mahasiswa kapan saja dan dimana saja.
  4. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Kelebihan dan kekurangan e-learning
Pertama-tama kita bahas dulu apa kelebihan dari e-learning, yang diantaranya sebagai berikut ini:
  • Adanya fasilitas yang disebut dengan e-moderating yang dimana pengajar dan siswa dapat saling berkomunikasi dengan mudah dan cepat.
  • Bahan-bahan pembelajaran dapat di review kapanpun dan dimanapun selama ada koneksi internet untuk mengaksesnya.
  • Adanya bahan pembelajaran yang terstruktur dan terjadwal dengan baik melalui internet serta dapat diakses kapanpun jika diperlukan.
  • Dapat berdiskusi kapanpun melalui portal atau forum di internet antara pengajar dan siswa.
  • Siswa dapat menjadi aktif dalam proses pembelajaran.
Adapun kekurangan dari e-learning, yang diantaranya sebagai berikut ini:
  • Interaksi secara langsung antara pengajar dan siswa akan berkurang.
  • Proses pembelajaran akan cenderung mengarah kepada pelatihan bukan mengarah pada pendidikan.
  • Akan mengabaikan aspek akademik atau sosial dan sebaliknya dapat mendorong aspek komersial.
  • Dan siswa yang tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi akan mengalami kegagalan.

baiklah saya disini menggunakan media powerpoint yang di bantu dengan menggunakan aplikasi ice cream screen untuk menggabungkan elerning melalui line seperti berikut

untuk lebih jelasnya dapat dilihat memalui  


permasalahan :
1.      bagaimana tanggapan anda mengenai video tersebut, serta apa kelebihan dan kekurangannya dan bagaimana cara mengatasinya ?
2.      apakah efektif dilakukan pembelajaran dengan e-learning pada zaman sekarang ?
3.      bagaimana cara seorang guru mengetahui muridnya belajar dan mendengarkan saat dilakukan proses belajar e-learning seperti di atas, dan bagaimana cara mengatasi murid yang tidak focus belajar ?